Portugis pertama yang menetap di pulau Timor ditemukan di sebelah barat Kupang pada 1640-an di Lifau atau lebih dikenal dengan Oecusse saat ini, pada waktu itu gubernur Portugis perdana ditetapkan enampuluh tahun kemudian, tapi dia diusir dua kali oleh biarawan-biarawan Dominikan, pertama pada 1721 dan berikutnya pada 1742. Hingga pada pertengahan abad ke-19, kehadiran Portugis mulau meluas di sebatas perkampungan kecil di Dili, Manatuto, Laleia, Vemasse dan sejumlah kecil di daerah pesisir utara.
Menurut Alfred Russel Wallace, naturalis, ilmuwan dan geografer masyhur, menulis pada 1861 bahwa pemerintahan Portugis di Timor merupakan salah satu yang paling telengas. Tiada seorang pun yang setidaknya peduli pada perbaikan negeri tersebut, dan pada saat itu, setelah 300 tahun pendudukan, tiada satu mil jalan yang meretas kota, dan tak ada seorang penduduk Eropa yang bermukim sendirian di manapun. Dan menurut catatanya Dili merupakan tempat paling miskin bahkan sekalipun dibandingkan kota-kota termiskin di Hindia Belanda… tak ada tanda-tanda orang bercocok-tanam atau peradaban di sekitarnya.
Pada abad ke-20, Portugal dikendalikan sistem otoriter paling lama bercokol di Eropa barat— diktator Antonio de Oliveira Salazar. Dengan slogan ‘republik kesatuan-korporatis’, Estado Novo alias Negara Baru Salazar memastikan semua kursi di Majelis Nasional diisi pendukung pemerintah, membungkam protes dan mogok kerja, dan melarang partai-partai politik. Semua pemilih bahkan dipaksa bergabung dengan gerakan loyalis yang disetujui pemerintah, dikenal Nasional Bersatu. Rezim Salazar memaksakan swasensor, propaganda, dan pemenjaraan politik untuk ‘menetralkan’ masyarakat, di sisi lain memberikan keistimewaan khusus pada gereja di ranah hukum dan pendidikan.
Pada Waktu itu Pemerintahan Portugis di Timor mencerminkan jejalin meluas antara gereja dan negara, yang dikukuhkan kolonialisme pada 1940 ketika Vatikan menandatangani Concordat and Missionary Agreements dengan diktator Salazar.
Sejak awal sekali, Portugal mengkonsolidasikan kendali dan pengaruhnya di wilayah itu dengan liurai, atau raja-raja kecil, mengizinkan mereka mengatur tingkat pemerintahan mandiri di daerahnya namun sekaligus memanipulasi dan memperburuk pembagian yang sudah ada di antara mereka.
Konsekuensinya, perasaan identitas kebangsaan Timor masih belum terbentuk. Kontrol Portugis secara langsung terhadap Timor belum sepenuhnya terjalin hingga berakhir perang Manufahi (juga dikenal Pemberontakan Besar), berlangsung dari 1910-12.
Selama rezim Presiden Salazar, Portugal mati-matian menentang dekolonisasi atas koloni-koloni mereka, termasuk Timor Portugis. Ia menolak pengakuan Resolusi PBB 1960 tentang Dekolonisasi. Salazar menderita stroke dan cedera otak parah pada September 1968.
Dia digantikan Marcello Caetano, yang mengenalkan primavera, sering disebut musim semi pembebasan. Hukum swasensor dicabut, pesakitan politik dibebaskan dan para eksil diizinkan pulang. Serikat dagang Portugis boleh mengadakan pemilihan internal tanpa harus sebelumnya memberikan daftar kandidat ke kepolisian pusat. Pada 25 April 1974, diktator tumbang berkat Revolusi Bunga di Portugal. Pemerintahan baru secara resmi menerima prasyarat Resolusi PBB 1960 tentang Dekonolisasi, dan Timor secara resmi diakuai sebagai wilayah non-otonomi di bawah pemerintahan Portugis pada waktu iu. (AL)
Sumber: (www.unsw.adfa.edu.au)
0 comments:
Post a Comment