Dalam kunjungannya di Afrika Selatan, Suharto bersikap dingin terhadap ide Presiden Nelson Mandela untuk membicarakan penyelesaian masalah Timor Timur.
Dalam sambutannya, Mandela menegaskan kembali niat baiknya untuk menjadi mediator bagi pemerintah Indoensia dengan pejuang Timor Timur. Suharto tidak menjawab tawaran Mandela secara langsung, tapi dia menggaris bawahi bahwa Indonesia mempunyai sikap menghargai kedaulatan setiap bangsa dan sikap untuk tidak mencampuri urusan dalam negri masing masing negara.
Suharto secara halus menunjukkan bahwa sikap mereka tidak berubah seperti sikap mereka ketika menolak membebaskan pemimpin perjuangan Timor Xanana Gusmao.
Dalam kunjungannya ke Indonesia, Mandela telah bertemu dengan Xanana Gusmao di penjara dan Mandela meminta Suharto membebaskan Xanana, tapi Suharto hanya mengurangi hukuman Xanana selama 3 bulan.
Apa yang sebenarnya melatarbelakangi diplomasi Mandela ?
Banyak pihak mengatakan itu semua karena penganugerahan hadiah Nobel kepada Jose Ramos Horta dan Uskup Belo. Mungkin ini adalah salah satu faktor yang ikut mendukung, tapi kelihatannya ini bukanlah faktor utama karena Mandela tidak mengangkat isu Tibet yang mana Dalai Lama juga memperoleh Nobel, ataupun isu Burma dengan penganugerahan Nobel kepada Aung San Su Kyi, Mandela tidak bersikap terhadap Guatemala yang memiliki Rigobeta Menchu yang juga dianugerahi Nobel.
Orangpun mulai melihat faktor sejarah hubungan pribadi dan politik Mandela. Pasangan Mandela yang sekarang ini yaitu Garca Machel, mantan ibu negara Mozambique mempunyai hubungan yang dekat dengan perwakilan Fretilin di Mozambique. Mengingat Mozambique adalah salah satu negara Afrika yang mendukung gerakan perjuangan Timor Timur sejak 20 tahun yang lalu. Jadi faktor Graça Machel juga bermain dalam diplomasi Mandela terhadap Timor Timur.
Perwakilan Fretilin di Afrika sudah cukup lama membangun hubungan dengan ANC jauh sebelum mereka berkuasa di Afrika Selatan. Salah satu pimpinan Fretilin yaitu Jose Luis Guteres bahkan berbasis di Afrika Selatan dalam beberapa tahun terakhir ini. Dan Fretilin juga ikut mendukung perjuangan ANC dalam melawan Apartheid. Mungkinkah Mandela ingin membalas budi ?
Betul bahwa ANC punya hubungan lama dengan Fretilin, tapi Mandela pun berhutang budi dengan Suharto ketika Suharto membantu ANC secara finansial sebelum pemilu 1994. Dan sudah bukan rahasia lagi tentang penanaman modal keluarga Suharto juga sudah mulai masuk Afrika Selatan. Kepentingan ekonomilah yang juga sering dipakai oleh Suharto untuk menekan negara negara tertentu untuk mendukung Indonesia dalam isu Timor Timur.
Muncul kesan bahwa Mandela punya agenda tersembunyi dalam diplomasi tentang Timor Timur ini, hal ini tercermin dalam sikap dan tindakan Mandela yang disisi lain tidak seiring dengan diplomasi yang dia jalankan.
Menurut sumber yang bisa dipercaya dari Afrika Selatan, sebelum Suharto tiba di Cape Town, Mandela telah mengintervensi rencana COSATU ( Conggres of South African Trade Union ) yang ingin mendemo Suharto di airport. Mandela meminta COSATU membatalkan demo itu karena dia merasa mampu meyakinkan Suharto untuk membebaskan Xanana. Akhirnya terjadi kompromi bahwa demonstrasi tidak akan dilakukan di airport melainkan di depan gedung parlemen. Tapi yang terjadi adalah sebanyak 38 demonstran ditangkap dan diancam akan diperkarakan dipengadilan. Mandela yang dulunya seorang tahanan politik sekarang menangkap dan memenjarakan rakyatnya sendiri. Ironis sekali.
Terlebih lagi ketika Mandela meminta media dalam konferensi pers untuk tidak menanyakan Suharto pertanyaan pertanyaan yang sulit tentang masalah Timor Timur. Dalam kunjungannya selama tiga hari telah membuahkan medali penghargaan bagi Suharto, atas keberhasilan kerja sama antara Afrika Selatan dan Indonesia serta dukungan Suharto terhadap ANC maka Mandela menganugerahkan medali Order of Good Hope kepada Suharto.
Editorial surat Kabar Afrika Selatan Business Day menyatakan bahwa diplomasi Mandela ini telah direstui oleh PBB, dan Mandela pun dalam level yang paling rendah ingin memperjuangkan tercapainya resolusi baru tentang kasus Lockerbie dan masalah Timor Timur. ( Mandela juga berusaha menengahi masalah Lockerbie dalam kunjungannya ke Libya bulan lalu).
Muncul spekulasi bahwa Mandela sekarang sedang menjalankan misi PBB. Adapun latar belakangnya adalah menjalankan kepentingan negara negara imperialis lainnya. Afrika Selatan dan negara imperialis lainnya sudah memperkirakan bahwa cadangan minyak di Timur Tengah sudah mulai menipis sehingga mereka harus melihat ke minyak di celah Timor. Untuk itu mereka mulai menabur angin melalui diplomasi yang menggangu Suharto.
Business Day, juga mengingatkan kita tentang hubungan diplomasi ini dengan kesempatan bisnis baru bagi Afrika Selatan dan kesempatan untuk mempertebal kantung ANC dalam menghadapi pemilu mendatang. Sebuah tindakan yang kurang lebih sama dengan tindakan yang dilakukan oleh Clinton dan pendahulunya terhadap Cina, ataupun apa yang dilakukan oleh Perancis terhadap diktator dibekas negara jajahan mereka.
Yang jelas sampai saat ini, diplomasi Mandela masih belum menunjukkan kemajuan berarti sementara Suharto masih tetap dengan sikapnya yang tidak ingin melepaskan Timor Timur. Yang terpenting adalah perjuangan di dalam Timor Timur sendirilah sebagai faktor yang paling menentukan bagi kemerdekaan rakyat Maubere.
Tetapi perjuangan Timor Timur akhirnya terwujud setelah Suharto mengundurkan diri. (AL)
Merdeka...Tetap Merdeka.....
ReplyDeleteSim Irmao ita Gerasaun Foun sira presija fo Agradece ba Ema sira ne. Obrigado Ba Comentario :)
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteDevemos ter orgulho da nossa própria história. Todas as novas gerações têm que saber isso. Abraço.
ReplyDeleteGracia MAchel ka Garca?
ReplyDeleteGraça Machel. Obrigado ita nia supporta.
Delete